Menghindari Sifat Sombong
DALAM kehidupan sehari-hari pasti kita pernah bertemu dengan orang yang sombong. Kebalikan sifat rendah hati adalah sifat sombong. Kita bisa melihat sifat sombong baik di kantor, kampus, pesantren, sekolah, dan tempat kerja di mana pun kita berada. Sombong bisa kita lihat dan rasakan, baik dari segi cara berbicara, bersikap, dan pendirian seseorang. Tentu merasa tidak nyaman kalau ada orang-orang sombong di sekitar kita. Tidaklah mengherankan bila orang sombong banyak musuh dan dibenci.
”Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah Swt tidak menyukai orangorang yang sombong dan membanggakan diri”. (QS. Lukman: 18). Potensi sifat sombong manusia bisa bersumber dari berbagai hal, seperti jabatan, kedudukan, kekayaan, kepandaian, dan kenikmatan lainnya. Oleh karena itu dalam ayat tersebut memberi keterangan bahwa Allah sangat benci pada orang-orang yang menyombongkan diri dan angkuh.
Dalam konteks keilmuan, seorang sufi menyampaikan: ”Seorang murid atau pelajar hendaknya mendengarkan ilmu dan nasihat dengan penuh penghormatan pada sang guru meskipun ia telah mendengarkan masalah atau ucapan 1.000 kali”. Tidak dibenarkan meskipun sudah tahu lalu untuk memotongnya. Artinya tidak mau mendengarkan atau memperhatikan.
Serahkanlah kepada sang guru karena guru lebih berpengalaman dari hal ini, dan ia lebih mengetahui apa yang paling tepat untuk melihat setiap murid atau pelajar apa yang sesuai dengan tabiat murid atau pelajar.
Dalam kitab Ta'limul muta'alim, Syekh Al Imam Burhanuddin berkata: ”Zaman dulu para penuntut ilmu menyerahkan urusan pelajaran mereka kepada guru mereka dan mereka berhasil meraih keinginan mereka sekarang, mereka sendiri yang memilihnya hingga mereka tidak dapat meraih ilmu yang mereka harapkan”.
Hal tersebut dicontohkan oleh Muhammad bin Ismail Al-bukhari Rohimakumullah semasa belajar beliau memulai dengan bab shalat kepada Muhammad bin Al-hasan kemudian ia berkata: ”Pergilah dan pelajarilah ilmu hadist”. Rupanya beliau melihat ilmu ini lebih cocok. Tetapi akhirnya setelah itu Bukhari mempelajari ilmu hadist dan akhirnya beliau menjadi penghulu para imam hadits.
Itulah sebabnya seorang murid menjaga diri dari akhlak yang buruk karena hal ini ibarat anjing yang bersifat maknawi. Rasulullah Saw telah bersabda: ”Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada seekor anjing atau gambar”. Dalam konteks ilmu sesungguhnya orang belajar melalui perantara malaikat dan perincian mengenai akhlak yang buruk dapat dikenali”.
Kita harus bisa menghindari sikap sombong karena ilmu tidak akan dapat diperoleh dengan sikap sombong sebagaimana penyair berkata: ”IImu memerangi pemuda yang sombong seperti banjir memerangi tempat yang tinggi. Juga dikatakan: ”Karena kesungguhanku bukan karena kesungguhan orang lain. Apakah prestasi tanpa kesungguhan dapat tercapai? Beberapa banyak hamba sahaya menempati kedudukan orang merdeka. Berapa banyak orang merdeka menempati kedudukan hamba-hamba sahaya”.
Jenis Kesombongan
Untuk mengenal kesombongan dalam pergaulan kita sehari -hari, ada dua jenis kesombongan. Pertama, sombong secara batini, yakni sombong yang tertanam dalam hati seseorang sehingga tidak nampak secara fisik maupun lahir. Seseorang mengingkari kebenaran yang datang dari Allah Swt, padahal dia mengetahui kebenaran. Dan Tuhanmu berfirman: ”Berdoalah kepadaku niscaya akan aku perkenankan bagimu sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina”. (QS. Ghafir: 60).
Kedua, sombong zahiri adalah sifat takabur atau sombong yang dapat dilihat langsung dengan pancaindra seperti dalam bentuk ucapan dan gerakan anggota tubuh. Seperti dia memiliki jabatan selalu ria, angkuh dan memalingkan muka terhadap orang lain. Memang kita tidak pantas memiliki sifat sombong. Hanya Allah Swt-lah yang pantas. Sifat itulah yang tidak disukai oleh Allah Swt. Hindarilah sifat sombong agar kita menjadi hamba Allah Swt dan Allah Swt tidak murka kepada kita. (46)
Komentar
Posting Komentar